Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2023 lalu tidak ada smelter atau fasilitas pemurnian dan pemrosesan bauksit baru yang selesai terbangun.
Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Suswantono mengatakan, hingga tahun 2023 lalu "hanya" ada 5 smelter mineral terintegrasi dengan pertambangan yang sudah beroperasi, mayoritas adalah smelter nikel. Selain itu, ada 2 smelter terintegrasi yang masih dalam tahap pembangunan.
Namun, dari total 7 smelter yang disebutkan oleh Bambang, tidak satupun smelter bauksit dibangun atau menunjukkan progres yang positif pada 2023 lalu.
"Perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian mineral sampai dengan 2023 tercapai 5 unit, target ditetapkan 7 unit smelter terintegrasi," ungkapnya dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja 2023 dan Program Kerja 2024 Ditjen Minerba, Selasa (16/1/2024).
Perlu diketahui, jumlah smelter terintegrasi tambang yang beroperasi hingga 2023 tersebut masih sama sejak 2020. Adapun realisasi smelter terintegrasi tambang yang beroperasi pada 2020-2023 ini hanya meningkat 1 dari 2019 yang terdapat 4 smelter, dan 3 smelter pada 2018.
Adapun rincian kemajuan 7 pembangunan pemurnian mineral di Indonesia berdasarkan catatan Ditjen Minerba Kementerian ESDM, di mana 5 di antaranya sudah beroperasi sebagai berikut:
- PT Aneka Tambang sudah 100% lokasi di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi
Tenggara sudah terbangun dan produksi sejak 1976 dan 2007 ekspansinya.
- PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan, Kontrak Karya nikel matte terbangun
berperasi 1978 dan 2011 ekspansinya
- PT Wanatiara Persada 100% di Maluku Utara terbangun operasi Fero Nikel 2019
- PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara terbangun 100% merupakan smelter nikel pig
iron atau NPI di Maluku Utara terbangun sejak 2015 namun saat ini berhenti
beroperasi tingginya biaya produksi atau bahan baku kokas
- PT Weda Bay Nickel di Maluku Utara 100% beroperasi sejak 2020
Dengan begitu, pasca tahun 2020 belum ada smelter mineral yang beroperasi hingga saat ini. Yang mana terdapat dua proyek smelter yang saat ini tengah dibangun, antara lain:
- PT Antam (proyek P3FH) ini 99,9% di Maluku Utara saat ini lelang
pembangunan pembangkit listrik.
- PT Sebuku Iron Lateric Ores atau PT SILO 90,24% lokasi Kalimantan Selatan dan
merupakan smelter besi menghasilkan sponge fero alloy.
Selain itu, Bambang juga mengatakan dari total 5 smelter mineral teritegrasi yang dibangun itu, pihaknya menyebut tengah memantau progres pembangunan smelter mineral terintegrasi lainnya seperti smelter tembaga terintegrasi milik PT Freeport Indonesia (PTFI), dan smelter bauksit di Kalimantan.
Dia menyebutkan, khususnya smelter bauksit, masih terkendala dalam mencari pendanaan dari investor.
Selengkapnya https://www.cnbcindonesia.com/news/20240116202857-4-506402/beda-dengan-nikel-pabrik-bauksit-ri-sepi-investor