Bloomberg Technoz, Jakarta – Harga nikel makin terjun bebas sepanjang awal tahun ini, di tengah isu oversuplai dunia terhadap komoditas mineral logam itu akibat jorjoran produksi dari Indonesia.
Sayangnya, cengkeraman Indonesia dalam rantai pasok nikel dunia, yang berimbas pada anjloknya harga komoditas tersebut, tidak diakui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengeklaim produksi nikel dalam negeri masih tetap memperhatikan suplai dan permintaan, sehingga tidak bisa dituduh sebagai penyebab turunnya harga nikel dunia.
"Ya enggak lah. Kita kan tetap memperhatikan supply-demand," ujar Irwandy saat ditemui, baru-baru ini.
Walakin, dia tetap mengingatkan ihwal pentingnya upaya mengurangi konsumsi bijih nikel berlebihan guna memperpanjang umur cadangan komoditas mineral logam andalan Indonesia tersebut.
Salah satunya dengan penghematan konsumsi bijih nikel yang telah diproduksi menjadi nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi); sehingga dapat diproses lebih untuk industrialisasi menjadi produk baja nirkarat. "Jangan berhenti di nickel matte, di NPI, di feronikel. Ini harus terus ke sana," ujar dia.
Harga nikel turun 45% sepanjang 2023, terbebani oleh membanjirnya pasokan murah dari Indonesia, di mana teknik baru untuk memproduksi bahan yang setara dengan baterai mengancam akan mengganggu industri ini.
Terpelantingnya harga nikel secara berkepanjangan juga telah memberikan tekanan hebat terhadap perusahaan-perusahaan nikel di seluruh dunia, sehingga meningkatkan kemungkinan penutupan tambang nikel secara besar-besaran yang akan memperdalam dominasi Indonesia dalam pasokan global.
Sejauh ini, korban terbesar dari anjloknya harga nikel akibat oversuplai dari RI adalah Australia. Pada Senin (22/1/2024), dilaporkan Bloomberg, produsen nikel milik miliarder Andrew Forrest, Wyloo Metals Pty Ltd, menyatakan akan menutup tambang.
Selengkapnya https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/27440/harga-nikel-rontok-banyak-tambang-terancam-ri-biang-keroknya